NITA LIANA, MEMILIH MENCINTAI APA YANG SUDAH DI TEKUNI

Menapaki karir memang tidak selalu mudah. Ada berbagai tantangan dan rintangan yang harus dihadapi. Seperti teman kita, Nita Liana, presenter di salah satu stasiun TV swasta ternama, NET TV, ia mengalami beberapa tantangan dalam karirnya. Selain tantangan untuk terus berproses, hambatan lainnya untuk Nita ialah saat profesi yang digelutinya sempat tidak direstui orangtua. Namun dengan semangat dan keteguhan hati, Nita pun bisa meyakinkan keduanya serta konsisten pada karir yang diimpikan. Simak interview bersama dengan Nita seputar karirnya yuk,
Setelah lulus kuliah, apa pekerjaan pertama Nita?
Pekerjaan pertama saya adalah menjadi penyiar radio. Sekitar semester tiga saat kuliah di Sastra Inggris Universitas Airlangga, saya mencoba apply menjadi penyiar radio di Merdeka FM. Saat itu saya dapat produser yang baik dan pengertian, sehingga dibantu untuk mengatur waktu antara kuliah dan siaran. Alhamdulillah, bisa kuliah tepat waktu (3,5 tahun) dan mendapatkan pengalaman siaran juga.
Bagaimana awal mulanya sehingga menjadi presenter seperti sekarang?
Lanjut dari penyiar radio inilah yang membuat saya semakin cinta dengan dunia broadcasting. Padahal kalau ditelaah lagi, cita-cita saya sebelumnya justru ingin menjadi duta besar. Tetapi karena ada banyak hal yang membuat jalan menuju cita-cita tersebut tidak terbuka, akhirnya saya memilih mencintai apa yang sudah saya tekuni saja. Semakin saya dalami,broadcasting semakin menantang untuk saya. Pasca lulus kuliah, saya tetapkan hati untuk berproses menjadi seorang news presenter.
Meski demikian, jalan menuju impian tersebut tidak selalu mulus. Orang tua sempat tidak yakin dengan profesi ini. Menurut mereka, profesi ini cukup menguras tenaga dan waktu. Saya pun sempat berbelok untuk bekerja di bank dan di perusahaan tekstil, namun sekaligus menjadi announcer paruh waktu di Merdeka FM. Ah! Ternyata hati ini memang lebih mantap pada duniabroadcasting.
Menjadi penyiar radio membuat saya belajar bagaimana menghadapi lapangan layaknya reporter. Saya juga belajar bagaimana bertanya kepada narasumber yang memiliki karakter berbeda-beda, bagaimana menyampaikan informasi agar lebih menarik, dan masih banyak lainnya. Pada tahun 2015, saya mulai menjadi freelance news presenter di SBO TV dan Metro TV. Kemudian saya memutuskan untuk lebih serius pada bidang ini. Hingga akhirnya di tahun yang sama, saya bergabung dengan NET TV dan bekerja full time di sana. Inilah pekerjaan saya sekarang, yakni menjadi presenter NET TV.
Apa arti pekerjaan ini untuk Nita?
Saya tidak perlu menjadi tim Basarnas atau miliader untuk bisa naik helikopter. Tidak perlu memiliki kedudukan khusus untuk bisa berbincang dengan para pejabat. Tidak perlu pula menabung dari lama untuk ke luar negeri, dan masih banyak lagi. Semuanya akan terpenuhi cukup dengan menjadinews reporter yang saya jalani sekarang. Saya tumbuh dari pengalaman-pengalaman ini dan inilah arti pekerjaan untuk saya.
Apa suka duka Nita saat menjalani profesi ini?
Sukanya terlalu banyak! Meski belum sempat tidur, terkadang justru tidak merasa ngantuk karena terlalu bersemangat kerja. Dukanya sih ya ngantuk itu sendiri, hahaha. Apalagi saat harus melaporkan momen penting, seperti bencana alam. Jadi, harus tetap berusaha untuk berpenampilan baik di depan layar.
pengalaman paling memorableNita saat bekerja?
Waktu masih awal live report dulu, saya pernah salah sebut nama menteri. Astaga! Itu malu-maluin banget. Pernah juga saat harus live report yang mendadak di lapangan terbang, saya jadi lupa membawa ikat rambut. Alhasil, rambut terbang-terbang dan masuk mulut saat siaran. Hahaha! Tetapi, ada juga contoh pengalaman manis nih, yakni saat saya terpilih menjadi hostuntuk acara tahunan NET “Muslim Travellers”.
Apa tanggapan Nita mengenai stereotip “presenter harus cantik atau tampan”?
Menurut saya, tidak harus selalu cantik atau tampan. Menjadi presenter atau reporter itu tetap mengutamakan otak dan kelugasan dalam menyampaikan informasi, karena kita lah ujung tombak, kita yang berada di depan layar. Bukan selalu yang harus cantik atau tampan banget, tetapi lebih kepada bagaimana kita berpenampilan baik, rapi, dan sebagainya ketika menyampaikan informasi kepada masyarakat.
Siapa yang menjadi role modeluntuk Nita selama ini?
Orang tua. Dari kecil, papa selalu mengajarkan saya tentang kedisiplinan. Sementara itu, saya juga belajar menata emosional dan ego yang didapat dari mama. Saya memang mengagumi para jurnalis senior, seperti Cindy Adams dan Najwa Shihab, tetapi saya cukup menjadikan mereka sebagai evaluasi diri dan masukan untuk saya. Bukan ingin meniru mereka sepenuhnya.
Apa hobi dan bagaimana keseharian Nita sekarang?
Saya suka sekali main piano/keyboard, bernyanyi, dan makan. Saat suntuk karena pekerjaan, kegiatan tersebut bisa mengembalikan mood saya. Selain menjadi news presenter untuk NET Jatim, kesibukan saya lainnya adalah menjadi MC, moderator event, dan mengajar di PROBEST (Profesional Broadcasting School). Terakhir, saya juga tengah menikmati rasanya menjadi istri dari lulusan desain grafis ITS.
Adakah tips untuk mereka yang ingin memasuki bidang/profesi ini?
Sebenarnya tidak ada tips spesifik untuk menjadi reporter atau news presenter. Semua profesi sama nilainya, butuh perjuangan dan kerja keras. Karena hidup hanya sekali, coba dulu aja, siapa tahu berhadiah. Kalau sudah yakin dengan pilihan itu, segera lakukan dan tekuni!
Nah, kalau kamu tertarik untuk berkarir di dunia broadcasting seperti halnya Nita, jangan lupa untuk terus semangat ya Jobhuners! Seperti kata pepatah, usaha tidak pernah mengkhianati hasil.
(Artikel ini ditulis oleh denis dianto)